"Bu, tadi yang duduk di samping saya kan?"
Aku mengangguk, memang iya. Kami duduk berdampingan dalam bis menuju Makassar. Saat ini sedang istirahat di depan kantor Walikota Palopo. Awak bis dan beberapa penumpang nampak lagi makan malam di warung yang tersedia sepanjang jalan.
Ibu itu naik di perjalanan, bukan dari perwakilan bis sepertiku. Tepatnya daerah mana, kurang tahu, karena gelap dan aku agak mumet. Pengaruh goncangan di jalan yang berlubang-lubang.
"Ayo Bu," ku gamit lengannya. Mungkin dia bingung, bis mana yang tadi dinaiki. Banyak bis parkir, beristirahat juga. Biasa begitu, Akupun pernah salah naik bis.
"HaPe Bu, HaPe."
"Oh, HP saya ada kok, saya simpan di tas. Ini," kataku sambil menunjukkan HaPe merah ku.
"Maksud saya, Ibu lihat HaPe saya?"
Baru ngeh saya. Dia kehilangan HaPenya saat di bis tadi. Mungkin tertidur, HaPenya lepas.
"Tidak Bu."
Dia segera berlalu dari hadapanku, mencari kernet bis tadi.
"Mungkin kernetnya lihat ya."
Dalam kondisi perjalanan jauh, sendirian, terus alat komunikasi satu-satunya hilang. Rasanya gimana gitu. Kasihan si Ibu. Bisa kubayangkan paniknya beliau, karena pernah kurasakan juga.
Waktu itu mendadak harus berangkat ke Makassar, setelah seharian mengerjakan pekerjaan kantor. Nyegat bis malam, jurusan Morowali-Makassar. Karena ngantuk, ketiduran. HaPe di saku akhirnya jatuh dan tidak ketemu.
Kasihan. Hari gini gak pegang HaPe kan sesuatu banget yah. Rasanya kayak jatuh di tengah segara luas, tak bisa meraih apa-apa untuk bertahan. Hanya bisa mengayun-ayunkan kaki, di tempat.
Segera ku masukkan kembali HaPe kedalam tas cangklong andalanku. Lalu kutarik ritsleting rapat-rapat. Jangan sampai terulang lagi.
Saat naik bis, kulihat ibu itu telah duduk manis dan melempar senyum.
"Ketemu HaPenya Bu?"
"Hihi, ternyata jatuh di sini tadi." Beliau menunjukkan celah antara kursi dan dinding bis.
Alhamdulillah. Aku ikut bersyukur. Setidaknya kami jadi sama-sama bahagia. Dia bahagia karena telah menemukan HaPenya. Dan Aku bahagia karena melihatnya kembali semringah.
